Bertemunya 3 serangkai Hizbut Tahrir, Salafy dan Ikhwanul Muslimin
Hubungan hti dan ikhwanul muslimin. Foto: istimewa |
Oleh: KH Ghazali Said.
Bertemunya 3 serangkai Hizbut Tahrir, Salafy dan Ikhwanul Muslimin dalam soal formalisasi syariat di Nusantara.
Bagaimana sejarahnya sampai ke Indonesia ? Mereka mengembangkan ke sini melalui maha siswa yang belajar di Mesir. Pola ikhwan dikembangkan, pola Salafy dan pola Hizbut Tahrir dikembangkan. Namun antara Ikhwan, Salafy dan Hizbut Tahrir secara ideologi berjumpa, ada kesamaan. Mereka sama-sama ingin menerapkan formalisasi syariat Islam. Cuma bedanya, jika Salafy cenderung ke peribadatan, atau dalam bahasa lain mengislamkan orang Islam, sebab dinilai belum Islam.
Dan target Intinya ialah NU sebab dinilai sarangnya bid’ ah. Dapat saja kubu Salafy, Hizbut Tahrir dan Ikwanul Muslimin membantah, tapi saya tahu sebab saya sudah berkumpul dengan mereka.
Jikalau Ikhwanul Muslimin?
Sama. Kubu Ikhwanul Muslimin, menjadikan NU selaku target. Mereka bergerak lewat mahasiswanya yang dinamakan usrah (Famili). Usrah ini minimal 7 orang, dan maksimum 10 orang.
Ini ada amirnya dan amir inilah yang bertanggungjawab kepada kubu. Bagaimana mengatasi kebutuhan kehidupan sehari-hari terpenuhi, misalnya jika ada member yang kerepotan bayar SPP. Jadi mereka tidak cuma bergerak di bidang politik, tapi juga bidang-bidang lain.
Nah, kubu inilah yang lalu menamakan diri selaku Tarbiyah yang bermarkas di kampus-kampus seperti Unesa dan sebagainya. Kubu Tarbiyah inilah yang jadi cikal bakalL PKS (Partai Keadilan Sejahtera).
Mereka umumnya alumni Mesir, Syiria atau Saudi. Kubu ini masih agak moderat sebab masih mau menerima negara nasional. Namun substansi perjuangan formalisasi syariat sama dengan Hizbut Tahrir atau Salafy.
Jikalau dalam ideologi khilafah Islamiyah?
Ketiga Serangkai itu sejatinya segi sistem khilafahnya tidak ketemu. Karena khilafah Islamiyah itu dinilai utopia. Misalnya bagaimana denganya sistem Syuronya, apakah meniru sistem Turki Utsmani yang diktator atau Umayah, itu masih problem. Namun bagi Hizbut Tahrir yang penting khilafah Islamiyah.
Apa saja program Hizbut Tahrir?
Mereka sampai Saat ini punya konstitusi yang terdiri dari 187 pasal. Dalam konstitusi ini ada program-program jangka pendek. Yaitu dalam jangka 13 tahun, menurut Taqiyyuddin, semenjak berdiri 1953, Negara Arab itu telah mesti jadi sistem Islam dan telah ada khalifah.
Taqyyiuddin juga menarget, sesudah 30 tahun dunia Islam telah mesti punya khalifah. Namun jika kita hitung semenjak tahun 1953 sampai sekarang kan tidak terealisasi, jadi utopia. Namun mereka masih antusias.
Bagaimana sejarah Hizbut Tahrir ke Indonesia?
Itu melalui orang Libanon. Namanya Abdurrahman Al-Baghdadi. Ia bermukim di Jakarta pada tahun 80-an. Lantas dibawa Mustofa bin Abdullah bin Nuh. Inilah yang mendidik tokoh-tokoh HTI di Indonesia seperti Ismail Yusanto, tokoh-tokoh Hizbut Tahrir sekarang. Namun sejatinya diantara mereka ada friksi. Sebab tokoh-tokoh HTI yang sekarang merasa dilangkahi oleh Ismail Yusanto ini.
Baca: Ikut Pemahaman Para Sahabat Salafus Sholih
Bagaimana gerakan mereka di Indonesia?
Ini anehnya. Di Indonesia mereka terus jelas menganggap Pancasila Jahiliah. Nasionalisme bagi mereka jahiliah. Namun reformasi kan memberi angin ke kelompok-kelompok ini sehingga dibiarkan saja. Dan tidak ada dialog.
Akhirnya mereka menggunakan institusi (seakan-akan) “menyokong” pemerintah untuk mempengaruhi MUI (Majelis Ulama Indonesia). Namun mereka taqiah (menyembunyikan agenda perjuangan aslinya), karena mereka menganggap Indonesia itu sejatinya jahiliah. Taqiah itu ideologi Syiah tapi dipakai oleh mereka.
Ke-1, Taqwin asyakhsyiah islamiah, membentuk kepribadian Islam. Mereka pakai sistem wilayah, sebab gerakan mereka Internasional. Jadi untuk Indonesia wilayah Indonesia.
Namun sekarang pusatnya tidak terang, sebab di negaranya sendiri amat rahasia. Mereka dikejar-kejar sebab Hizbut Tahrir ini organisasi terlarang. Namun mereka telah ada di London, Austria, di Jerman dan sebagainya.
Siapa figur publik Internasionalnya itu?
Nah itu rahasia. Namun di sini mereka terbuka sebab Indonesia memberi Kesempatan. Ada Ismail Yusanto dan sebagainya, jadi dapat muncul di media massa.
Nah, dari Taqwin syahsyiah islamiah ini bagaimana dapat merubah ideologi nasionalis jadi internasionalis Islam. Mereka agresif, jadi terus menyerbu. Sebab itu orang-orang NU didatangi, termasuk kiai-kiainya didatangi oleh mereka.
Ke-2, Attau’iyah, penyadaran.
Ketiga, At-Ta’amul Ma’al Ummah, interaksi dengan warga secara keseluruhan. Mereka membantu kepentingan- kepentingan.
Saya dengar di Surabaya, di Unair dan ITS saja, dalam urunan mereka dapat menghasilkan uang Rp 30 juta tiap bulan.
Ke-4, Harkatut Tatsqif, gerakan intelektualisasi. Ini diajari bagaimana menganalisa hubungan Internasional, mempelajari kejelekan-kejelekan ideologi kapitalisme. Pokoknya yang ideologi modern itu mereka serang seluruh.
Mereka melontarkan Islam selaku jalan keluar atau alternatif. Ini beda dengan Ikhwanul Muslimin dan Tarbiah Islamiah yang lalu menjelma selaku PKS. Karena Ikhwanul Muslimin agak fleksibel.
Perkara di Syria, di bawah Mustofa as-Syiba’i, saat ideologi pemerintahannya sosialisme, mereka ikut sosialis. Ia mencari landasan hukum bahwa sosialisme itu benar menurut Islam. Maka Mustofa as-Syiba’i mecatat buku Istiroqiyah Islamiah, jadi sosialisme Islam.
Namun Hizbut Tahrir di Indonesia kan penyokong PKS?
Jikalau sokongan iya, tapi secara formal mereka tidak. Ya, mungkin ada kesamaan dalam perjuangan yang terbatas.
Lalu tahapan apalagi?
Yang terakhir, At-Taqwin daulah islamiah, membentuk Negara Islam. Sarananya apa?
Biwasailil jihad, dengan fasilitas jihad. Jadi bagi negara nasional, gerakan mereka, menurut saya, bahaya. Sebab gerakan seterusnya ialah istilamul hukmi, merebut kekuasaan.
Walaupun utopia tapi jika mereka pakai cara-cara aksi anarkis, kan berat. Sebab mereka didoktrin dan pengikutnya muda-muda seluruh.
Bahwa pandangan ijtihadi Hizbut Tahrir ada yang kontroversial. Misalnya pandangan fiqhnya mengumumkan bahwa member Hizbut Tahrir itu sejatinya boleh non-muslim. Ini kan kontroversi.
Lantas, menurut Hizbut Tahrir, wanita boleh jadi member parlemen. Jikalau di Arab ini kontroversi
Bagaimana pandangan mereka soal fiqih?
Ada pemikiran begini. Apakah negara yang memaakai sistem jahiliah itu Penting fiqih. Padahal fiqih itu ialah hukum Islam yang mesti Dilakukan dalam pemerintahan yang Islam. Ini terjadi perdebatan antara Sayid Qutub dan Wahbah Zuhaili.
Hubungan HTI dan Ikhwanul Muslimin
Dr Wahba ini orang Syria yang kitabnya jadi kutub muktabarah di NU. Dalam ICIS tempo hari Wahba ini Hadir. Sayid Qutub ini asalnya kan seorang hakim. Namun, saat dia masih jadi hakim ia masih menganggap penting sistem khilafah.Menurut Sayid Qutub dan Taqiuddin Nabhani, fiqih tidak Penting dipelajari atau dipraktikkan sejauh suatu negara belum melakukan sistem Islam. Tengah Wahba Zuhaili menganggap bahwa fiqih ialah suatu keniscayaan. Ini jadi polemik.
Menurut Wahba, orang Islam mesti belajar fiqih, baik negaranya Islam maupun tidak Islam. Jadi menurut Wahba tidak cuma sistem pemerintahan saja, tapi bagaimana orang nikah, orang shalat, muamalah, seluruh itu kan fiqih yang mengatur.
Namun menurut Sayid Qutub dan Taqiuddin Nabhani tidak Penting itu. Yang penting bagaimana memperjuangkan menegakkan pemerintahan Islam, baru sesudah itu fiqih.
Sebab itu meski buku-buku atau tulisan Sayid Qutub banyak tapi tidak ada fiqihnya. Seluruh buku-buku dia bernuansa politik. Misalnya pertarungan Islam dan kapitalisme dan sebagainya.
Dari penjelasan Anda ini tampak bahwa aktivis HTI sendiri kemungkinan banyak yang belum paham mengenai hal pemikiran Taqiuddin Nabhani selaku pendirinya?
Begini. Mereka itu ada jubirnya, jadi info dan pemikiran yang keluar diatur. Jadi rujukan mereka tidak terbuka.
Artinya ada beberapa pemikiran yang disembunyikan bagi pengikutnya?
Ya, padahal keadaan sekarang kan telah tidak dapat model begitu.
Maksudnya sengaja disembunyikan?
Dapat saja dinilai aib dan jika itu dimunculkan pasarnya dapat tidak laku. Sebab itu disembunyikan. Namun pada era sekarang mana dapat disembunyikan. Lha,wong, di 3 negara, di Libanon, Syria dan Yordan, Hizbut Tahrir itu jadi organisasi terlarang.
Di Mesir juga jadi organisasi terlarang sebab mau menggulingkan pemerintahan yang sah. Jadi mereka gampang terseret pada aksi aksi anarkis. Karana itu anak kecil muda NU jangan mudah terprovokasi ikut mereka.
Namun dalam hal-hal tertentu kan ada juga beberapa kesamaan dengan NU?
Ya, mungkin ada kesamaan. Al-Qur’an 1, Nabi-nya 1 (Muhammad), sebab itu kita tidak dapat saling menyesatkan karena masing-masing punya pandangan keagamaan yang tak sama. Jadi ada hal yang sama dan ada hal yang beda.
Artinya, bidang-bidang yang dikerjakan NU ya serahkan ke NU, tengah bidang-bidang bagian mereka ya serahkan mereka. Ini tidak akan berbenturan.
Jadi jangan mencaplok. Sudahlah yang bagian khilafah sampean (Hizbut Tahrir), carilah pengikut tapi jangan di NU. Mestinya orang-orang kafir diupayakan jadi basis penyokong, misalnya.
Jikalau kubu Salafy?
Mereka bergerak dalam bidang pendidikan. Misalnya LPBA (Lembaga Pendidikan Bahasa Arab) yang sekarang jadi Lembaga Ilmu Keislaman cabang dari Jamiatul Imam Riyadh. Ini dibiayai dari sana amat besar.
Sejatinya orang-orang seperti Ulil (Ulil Abshar Abdalla, red), Imdad dan sebagainya alumni LPBA ini. Lah, mereka ketemu dengan Rofik Munawar yang dulu ketua PKS Jawa Timur. Anis Matta (sekjen PKS) itu juga Sahabat Ulil di LPBA. Mereka dulu alumni situ.
Cuma saja ada yang lalu terbawa dan larut dalam salafy seperti Anis Mattta, tapi ada yang nggak, ya kayak Ulil (Ulil Abshar Abdalla) itu. Jikalau Anis Matta terbawa Salafy tapi pola politiknya ikut Ikhwanul Muslimin. Kubu Salafy ini amat puritan. Jadi tahlilan, dibaan, ziarah kubur, mereka amat tidak mau. Mereka menganggap itu syirik.
Nah, disinilah, dalam bidang peribadatan itu, kubu PKS ketemu dengan Salafy. Tengah orang-orang seperti Ulil, Imdad dan anak kecil pesantren yang sekolah di LPBA melaksanakan pemberotakan. Mereka menganggap (paham Salafy) itu tidak cocok dengan budaya saya (Ulil cs) yang NU.
Akhirnya mereka meneruskan ke ilmu-ilmu filsafat, sosial dan sebagainya, termasuk belajar ke Magnez Suseno di Driyarkara. Lantas berkomunikasi dengan Nurcholis Madjid, saat Nurcholis masih ada (hidup).
Nah, dalam diri Ulil cs ini lalu terbentuklah suatu sosok yang berasal dari pola radikal (Salafy), ketemu dengan ilmu-ilmu sosial, ketemu dengan Nurcholis Madjid, ketemu dengan Gus Dur dan sebagainya. Jadi mereka ini meramu dari bermacam unsur itu sehingga jadilah orang seperti Ulil, Hamid Basyaib, Luthfi Syaukani, Muqsith (Abd Moqsith Ghazali, Red.), dan sebagainya.
Apa ada kesamaan dalam soal simbol-simbol pakaian di antara mereka?
Ya, sungguh ada kesamaan, baik kubu Hizbut Tahrir, Tarbiah (PKS) maupun Salafy. Misalnya pakai celana di atas mata kaki, berjenggot dan sebagainya. Namun seluruh kubu ini sama menyerbu NU.
Oh, ya bagaimana sejatinya sejatinya soal pakaian itu menurut Islam?
Menurut mereka, Nabi itu jenggotan. Abdul Aziz, figur publik Salafy, itu mecatat mengenai hal membiarkan jenggot. menurutnya, jika orang mencukur jenggot dinilai tabi’ul hawa, ikut hawa nafsu.
Jadi menurut mereka memahami sunnah Rasul itu apa saja diikuti, termasuk cara berpakaian.
Namun jika NU kan tidak begitu cara memahami sunnah Rasul. Paling tidak, NU terdidik memahami sunnah Rasul itu dalam arti substantif, misalnya soal peribadatan. Namun jika soal pakaian kalangan NU yang terdidik menganggap itu selaku budaya.
Misalnya soal sorban. Nabi sungguh bersorban tapi mesti diingat Abu Jahal dulu juga sorbanan. Begitu juga soal jenggot. Kalangan NU terdidik menganggap itu selaku budaya. Sebab Abu Jahal pun juga jenggotan. Masak orang nggak punya jenggot disuruh memelihara jenggot. Ada orang yang jenggotnya cuma 3 helai atau 3 lembar itu disuruh pelihara..kan lucu.
Nah, disini lalu seluruh menyerbu NU. Jadi mereka seluruh, Hizbut Tahrir, Tarbiyah dan Salafy itu sama menyerbu NU. Menurut mereka, yang dimaksud ahlussunnah itu ialah versi Ibnu Taymiah, bukan paham versi Asy’ari. Dalam buku-buku mereka paham Asy’ari itu dinilai sesat.
Padahal NU kan menganut paham Asy’ari. Jihad untuk Negara Nasional.
Ada yang berpendapat, jika niat mereka untuk dakwah, kenapa mereka kok tidak merekrut perkumpulan lain yang belum beragama, misalnya. Jikalau jemaah NU kan hasil jerih payah para wali songo dan ulama kultural, kenapa mereka tidak cari kreasi sendiri supaya tidak menimbulkan konflik sesama ummat Islam?
Baca: Siapa Khalifah dan Dimana Berdirinya Khilafah?
Ya, sebab mereka mau mengislamkan orang Islam. Jadi kita yang telah Islam ini mesti diislamkan lagi pastinya, hehehe. [dutaislam/ka]
Posting Komentar untuk "Bertemunya 3 serangkai Hizbut Tahrir, Salafy dan Ikhwanul Muslimin"
Terima kasih kunjungannya, silahkan beri komentar ...