Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

LANJUTAN BAGIAN DUA: KEMUNCULAN NAMA ABDULLAH DI AKHIR ABAD 9 H

 KEMUNCULAN NAMA ABDULLAH DI AKHIR ABAD 9 H

Nama ubaidillah belum muncul di akhir abad Sembilan, tetapi ada nama baru yang disebutkan oleh kitab An-Nafhah al-Anbariyah karya Muhammad Kadzim bin Abil Futuh al-Yamani al-Musawi (w. 880) nama itu adalah Abdullah bin Ahmad. Dari situ kita melihat bahwa nama Abdullah telah menghilang dari radar para penulis nasab selama 543 tahun dihitung dari wafatnya Ahmad bin Isa. Minimal dari kitab yang mulai mencatat nama Ahmad bin Isa yang penulis sebutkan di atas ada tujuh kitab mulai abad kelima sampai kesembilan yang tidak menyebutkan nama Abdullah sebagai nama anak dari Ahmad bin Isa. Kutipan lengkap dari kita an-Nafhah adalah sebagai berikut:  فهاجر  الى الرس فأولد عيسى ومن ولد عيسى السيد اتٛد ات١نتقل الى حضرموت. فمن ولده ىناك السيد ابي اتٞديد بفتح اتٞيم

وكسر الدال ات١هملة وسكون الياء ات١ثناة من تٖت وبعدىا دالالقادم الى عدن في ايَم ات١سعود بن طغتكتُ بفتح الطاء ات١هملة وسكون الغتُ ات١عجمة وفتح التاء ات١ثناة من فوق ونون بعد الياء ات١ثناة من تٖت والكاف ات١كسورة ابن ايوب بن شاذي بفتح الشتُ وكسر الدال ات١عجمتتُ سنة احدي عشرة وستمائة فتوحش ات١سعود منو لامرما فقبضو وجهزه الى ارض ات٢ند ثم رجع الى حضرموت بعد وفاة ات١سعود. فمن ذريتو تٙة بنو ابي علوي وىو ابو علوي بن ابي اتٞديد بن علي بن محمد بن اتٛد بن جديد بفتح اتٞيم وكسر الدال ات١هملة وسكون الياء ات١ثناة من تٖت و دال اخرى بعدىا بن علي بن محمد بن جديد بن عبد الله بن اتٛد بن عيسى ات١تقدٕم الذكر )النفحة الانبارية في انساب ختَ البرية:محمد 

كاظم، ص ٕ٘( 

―Maka Muhammad an-Naqib berhijrah ke Kota Ros, maka ia mempunyai anak Isa, dan sebagian dari anak Isa adalah Ahmad yang pindah ke Hadramaut. Maka dari keturunannya di sana adalah Sayid Abul Jadid (dengan fatah jim, kasrah dal yang tanpa titik, sukun ya yang bertitik dua di bawah, setelahnya hurup dal) yang datang di Kota Aden di masa pemerintahan alMas‘ud bin Togtokin (dengan fatah hurup tho yang tanpa titik, sukun ghain yang bertitik satu, fatah ta yang bertitik dua di atas, nun setelah ya yang bertitik dua di bawah dan kaf yang dikasrah) bin Ayub bin Syadi (dengan fatah syin, kasrah zdal yang bertitik keduanya ) tahun 611, maka al-mas‘ud kemudian melakukan tindakan kasar kepada al-Jadid karena suatu hal, maka ia menangkapnya dan menyiapkan pemindahannya ke bumi India, kemudian ia kembali ke Hadramaut setelah wafatnya al-Mas‘ud. Maka dari keturunan al-Jadid ini adalah Bani Abu Alawi, yaitu Abu Alawi bin Abul Jadid bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Jadid bin Ali bin Muhammad bin Jadid bin Abdullah bin Ahmad bin Isa yang telah disebutkan sebelumnya."

Dari kutipan di atas, penulis kitab an-Nafhah al-Anbariyah, Syekh Muhammad Kadzim, ia sendirian tanpa referensi dari kitab nasab yang telah disebutkan: pertama ia sendirian tentang kepindahan Muhamad an-Naqib ke Kota Ros, hal itu tidak disebutkan oleh para ahli nasab sebelumnya, yang kedua ia sendirian tentang pindahnya Ahmad ke Hadramaut, tidak ada ahli nasab dalam kitabnya menyebutkan seperti itu. Ketiga ia sendirian tentang nama Abdullah sebagai anak Ahmad bin Isa, baru muncul setelah 543 tahun setelah kematian ayahnya yaitu Ahmad bin Isa. Keempat ia sendirian tentang urutan nasab yang menyebut Bani Abi Alawi, urutan nasab itu sangat membingungkan ketika nanti dikatakan bahwa Abdullah adalah nama lain dari Ubaidillah yang mempunyai anak alwi yang menjadi datuk Ba Alawi Indonesia yang akan penulis bahas nanti.


KEMUNCULAN NAMA ABDULLAH DI AKHIR ABAD 9 H

 

ABAD SEPULUH NAMA ABDULLAH DAN KETURUNANNYA MULAI MATANG WALAU BELUM DISEBUT UBAIDILLAH

Dalam kitab Tuhfatutholib Bima’rifati man Yantasibu Ila Abdillah wa Abi Tholib, karya Sayid Muhammad bin al-Husain asSamarqondi (w. 996) disebutkan seperti berikut:

واما اتٛد بن عيسى بن محمد بن العريضي فقال ابن عنبة ابو محمد اتٟسن الدلال بن محمد بن علي بن محمد بن اتٛد بن عيسى الرومي من ولده وسكت عن غتَه. قلت رايت في بعض التعاليق ما صورتو قال المحققون بهذا الفن من اىل اليمن وحضرموت كالامام ابن تٝرة والامام اتٞندي والامام الفتوحي صاحب كتاب التلخيص والامام حستُ بن عبد الرتٛن الاىدل والامام ابي اتٟب البرعي والامام فضل بن محمد البرعي والامام محمد بن ابي بكر بن عباد الشامي والشيخ فضل الله بن عبد الله الشجري والامام عبد الرتٛن بن حسان: خرج السيد الشريف بن عيسى ومعو ولده عبد الله في تٚع من الاولاد والقرابات والاصحاب وات٠دم منالبصرة والعراق الى حضرموت واستقر مسكن ذريتو واستطال فيهم بتًنً تْضرموت بعد التنقل في البلدان والتغرب عن الاوطان حكمة ات١لك ات١نان. فأولد عبد الله علويَ وعلوي اولد محمدا ومحمد اولد علويَ وعلوي اولد عليا خالع قسم وعلي خالع قسم اولد محمد صاحب مرباط واولد محمد صاحب مرباط علويَ وعليا فاما علوي فلو اربعة اولاد اتٛد ولو عقب وعبد الله ولا عقب لو وعبد ات١الك وعقبو في ات٢ند وعبد الرتٛن ولو عقب. واما علي فلو الفقيو ات١قدم محمد ولو عقب كثتَ )تٖفة الطالب تٔعرفة من ينتسب الى عبدالله وابي طالب، السيد محمد بن اتٟستُ السمرقندي ات١دني، ص .

ٚٙ-ٚٚ(

―Adapaun Ahmad bin Isa bin Muhammad bin (Ali) al Uraidi maka Ibnu Anbah berkata: Abu Muhammad al-Hasan al-Dallal bin Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Isa arRumi adalah dari keturunan Ahmad bin Isa, ia (Ibnu Anbah) diam tentang selain Abu Muhammad. Aku berkata (penulis kitab Tuhafatutolib): Aku melihat dalam sebagian ta‟liq (catatan pinggir sebuah kitab ditulis oleh santri dipinggir kitab ketika mendengar keterangan guru) tulisan yang bunyinya ―Telah berkata al-muhaqqiqun dari cabang ilmu ini (nasab) dari ahli Yaman dan Hadramaut, seperti Imam Ibnu Samrah, al-Imam al-

Jundi, al-Imam al-Futuhi yang mempunyai kitab at-Talkhis, alImam Husain bin Abdurrahman al-Ahdal, al-Imam Abil Hubbi al-Bur‘I, al-Imam Fadhol bin Muhammad al-Bur‘I, al-Imam Muhammad bin Abi Bakar bin Ibad as-syami, Syekh Fadlullah bin Abdullah as-Syajari, dan al-Imam Abdurrahman bin Hisan bahwa Sayid Syarif Ahmad bin Isa pergi bersama anaknya, Abdullah, dalam rombongan para anak, kerabat, teman-teman, para pembantu dari Bashrah dan Iraq menuju Hadramaut setelah berpindah dari berbagai daerah dan bersembunyi dari berbagai Negara, sebagai hikmah Tuhan raja yang maha memberikan anugrah. Maka kemudian Abdullah mempunyai anak bernama Alwi, dan Alwi mempunyai anak bernama Muhammad, Muhammad mempunyai anak Alwi (lagi), Alwi mempunyai anak Ali Khali‘ Qosam, Ali Kholi‘ Qosam mempunyai anak bernama Muhammad Shohib Mirbath, dan Muhammad Shohib

Mirbath mempunyai anak bernama Alwi dan Ali. Maka adapun Alwi maka mempunyai empat anak: Ahmad dan ia berketurunan, Abdullah ia tidak berketurunan, Abdul Malik keturunannya di India, dan Abdurrahman dan ia berketurunan. Dan adapun Ali maka ia mempunyai anak al-Faqih alMuqoddam Muhammad dan ia mempunyai banyak keturunan. (Tuhfatuttolib, Sayid Muhammad bin al-Husain, h. 76-77) 

Dimunculkan pertama kali oleh Syekh Muhammad kadzim dalam kitabnya an-Nafhah al-Anbariyah di akhir abad kesembilan, nama Abdullah muncul kembali pada abad ke sepuluh dalam kitab Tuhfatuttolib setelah 116 tahun kitab an-Nafhah di tulis. 

Untuk menyebutkan keturunan Ahmad bin Isa, pertama penulis kitab Tuhfatuttolib mengutip pendapat Ibnu Anbah dalam kitab Umdatuttolib, dalam kitab umdah itu ditulis bahwa Ahmad bin Isa mempunyai keturunan dari anaknya yang bernama Muhammad. Penulis tuhfatuttolib memberi tambahan “wa sakata an gairihi” artinya ―Dan Ibnu Anbah diam dari keturunan lainnya‖. Dari kalimat itu penulis Tuhfah ingin mengatakan bahwa ada nama lain yang tidak disebutkan oleh Ibnu Anbah karena Ibnu Anbah tidak tegas menyebutkan berapa jumlah anak Ahmad bin Isa. Lalu ia berkata

―bahwa aku menemukan sebuah ta‟liq” yaitu catatan santri pada sebuah kitab ketika mengaji dihadapan guru, dalam ta‟liq itu terdapat susunan garis keturunan Ba alawi, lalu tanpa di kroscek kitab sebelumnya ta‟liq itu dimasukan dalam kitabnya. Dari situlah mulai mashurnya marga Ba Alawi sebagai keturunan Ahmad bin Isa.

 

Penulis menduga bahwa penulis Tuhfah belum membaca atau tidak mempunyai kitab as-Syajarah al-Mubarakah yang ditulis Arrazi abad ke enam yang menyebutkan bahwa anak Ahmad bin Isa hanya tiga: Muhammad, Ali dan Husain. Apabila ia mempunyai kitab itu maka mungkin ia tidak akan memasukan ta‟liq itu ke dalam kitabnya, karena akan terasa ganjil apabila sebuah catatan sepotong kertas kemudian berbeda dengan sebuah kitab nasab yang telah ditulis 390 tahun sebelumnya. 

 

APAKAH        ABDULLAH      ABAD      SEMBILAN      SAMA         DENGAN

ABDULLAH ABAD SEPULUH? 

Persamaan kitab an-Nafhah al-Anbariyah (abad 9) dengan kitab Tuhfatuttolib (abad 10) adalah sama-sama menyebutkan nama Abdullah sebagai anak Ahmad bin Isa. Persamaan kedua adalah mengenai Hadramaut. Namun ada beberapa hal yang berbeda dari keduanya, pertama mengenai anak Abdullah bin Isa, an-Nafhah menyebut anak Abdullah adalah Abul Jadid, sedangkan kitab Tuhfattolib menyebutkan anak Abdullah adalah Alwi. Perbedaan kedua adalah tentang Ba Alawi. Kitab an-Nafhah menyebut bahwa keturunan Abdullah adalah Bani Abi Alwi, sedang kitab Tuhfatuttolib menyebutnya Bani Alwi tanpa abi. Apakah keduanya sama? 

Kitab an-Nafhah menyebut Bani Abi alwi itu adalah nisbat kepada Abu Alwi yaitu Abu Alwi bin Abul Jadid, keturunan yang ke sembilan dari Abdullah bin Isa, sedangkan kitab Tuhfatutolib menyebut Bani Alawi itu adalah keturunan Alwi bin Abdullah bin Ahmad, keturunan yang pertama dari Abdullah. Lalu Ba Alawi yang sekarang ada di Indonesia keturunan dari siapa? Apakah dari Bani Abi alwi seperti kitab an-Nafhah atau Bani Alawi seperti kitab Tuhfatuttolib? Atau bukan dari keduanya, karena nama yang ditulis dalam keluarga Ba Alawi sekarang bukan Abdullah tapi Ubaidillah. Dari mana saja mengambil maka keduanya ada masalah dalam kemarfu‟-an riwayat. Yang pertama tiba-tiba muncul tanpa karana, yang kedua muncul bersyahidkan ta‟liq sepotong kertas menurut pengakuan penulis kitab. Kecuali mengambil bukan dari keduanya maka mungkin ada riwayat yang lain yang bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiyah, namun yang demikian itu perlu dalil.

 

ABDULLAH RESMI MENJADI UBAIDILLAH PADA ABAD 14 H Dalam kitab Syamsudz Dzahirah karya Syekh Abdurrahman alMashur (w. 1320 H), disebutkan dengan tegas bahwa Abdullah bergelar Ubaidillah. Kutipan lengkapnya sebagai berikut:

ذكر اولاد السيد الشهتَ اتٛد بن عيسى بن محمد بن علي العريضي بن جعفر الصادق رضي الله عنه لو من الولد اثنان: محمد وعبدالله ويسمى عبيد الله وكنيتو ابو علوي )شمس الظهتَة: ٘ٔ(

―ini adalah fasal menerangkan anak-anak Seorang sayyid yang mashur, yaitu Ahmad bin Isa bin Muhammad bin Ali al-Uraidi bin Ja‘far as-Shadiq r.a. ia (Ahmad) mempunyai dua anak yaitu Muhammad dan Abdullah, dan Abdullah ini dinamai pula Ubaidillah dan kunyahnya adalah Abu Alwi. (Syamsudz Dzahirah: 51)

Dengan tegas syekh Abdurrahman al-Masyhur menyebutkan nama Abdullah adalah alias dari Ubaidillah. Ada perbedaan antara kitab syamsudz Dzahirah dan kitab abad kelima yang menyebutkan anak Ahmad berjumlah tiga yaitu Muhammad, Ali dan Husain. Kitab Syamsudzahirah menyebutkan anak Ahmad bin Isa ada dua orang yaitu Muhammad dan Abdullah. Ia menghilangkan nama Ali dan Husain dan memasukan nama Abdullah. Seperti telah disebutkan sebelumnya nama Abdullah ini mulai disebut oleh Syekh al-Kadzim dalam kitab an-Nafhah akhir abad 9 Hijrah setelah 543 tahun sejak wafatnya Ahmad bin Isa. Sebelumnya tidak ada nama Abdullah disebutkan oleh para penulis kitab nasab, tidak disebutkan dikitab abad kelima, keenam, ketuju, kedelapan dan kesembilan awal. Disebutkan untuk kedua kali pada abad kesepuluh oleh kitab Tuhfatuttalib di akhir abad kesepuluh. 

Dalam an-Nafhah disebutkan Ahmad bin Isa mempunyai anak bernama Abdullah dan Abdullah mempunyai anak bernama Abul jaded yang nanti akan menurunkan Abu Alwi pada generasi 9 yang merupakan Bani Abi Alwi. Sedangkan kitab Tuhfatuttalib menyebutkan Abdullah langsung mempunyai anak Alwi yang kelak menjadi datuk Bani Alawi. Kitab Syamsudz Dzahirah berusaha mengkompromikan keduanya dengan menyebutkan bahwa Abdullah mempunyai anak Alwi dan bergelar Abu Alwi dan Abul Jadid dan menambahkan nama ketiga yaitu Bashri. Jadi anaknya tiga. Dari mana tambahan itu? wallahu a‟lam.

Dari sini kita menyimpulkan betapa rumitnya pensibatan Ba Alawi sebagai sebagai keturunan Ahmad bin Isa. Selain nama Abdullah atau Ubaidillah yang tidak tercatat sebagai anak Ahmad bin Isa selama 543 tahun, ketika tiba-tiba muncul nama itu pun dengan kelemahan yang menyertainya. Kelemahan itu disebabkan beberapa hal, yang pertama munculnya nama Abdullah pada akhir abad 9 tanpa menyebutkan referensi, sepertinya ia muncul dari ruang hampa. Yang kedua ketika muncul dalam kitab Tuhfatuttalib di abad kesepuluh, penulisnya mengatakan menemukannya dari sebuah ta‟liq secarik kertas. Ketiga ketika kitab Syamsudz Dzahirah menyimpulkan bahwa Abdullah adalah Ubaidillah, tidak menyebutkan Abdullah yang mana, apakah Abdullah yang mempunyai anak Abdul Jadid seperti dalam an-Nafhah, atau Abdullah yang mempunyai anak Alwi seperti dalam Tuhfatuttolib. An- Nafhah tidak menyebut nama Alwi sebagai anak Abdullah, Tuhfatuttolib tidak mnyebut nama Abul Jadid sebagai anak Abdullah. Lalu disatukan dalam Syamsudz Dzahirah bahwa keduanya anak Abdullah. 

Penyatuan Alwi dan Abul jadid sebagai anak Abdullah menyisakan masalah karena an-Nafhah menyebutkan Bani Abi alawi itu dari jalur Abul jadid. Sedangkan hari ini kita dikenal Ba Alawi dari jalur Alwi, yang nama Alwi bin Abdullah tidak disebutkan dalam kitab an-Nafhah sebagai anak Abdullah.

 

KESIMPULAN PENELITIAN ILMIYAH

Berdasarkan data-data ilmiyah yang penulis sebutkan di atas, penulis menyimpulkan bahwa sangat sukar sekali menurut takaran ilmiyah untuk menyebut bahwa Ba alawi adalah anak keturunan Ahmad bin Isa bin Muhammad bin Ali al-Uraidi bin Ja‘far as-Shadiq bin Muhammad al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husain Bin Fatimah bin Nabi Besar Muhammad s.a.w. Wallahu a‟lamu bi haqiqatil hal.

 

PENELITIAN ILMIYAH BUKAN HAQIQAT

Penelitian penulis ini bukanlah hakim atas hakikat kebenaran atau kesalahan, ia berjalan dalam kajian ilmiyah berdasarkan fakta ilmiyah yang bisa diteliti kembali oleh siapapun yang berkehendak melakukannya. Allah menjadikan zaman ini zaman yang lebih mudah bagi pecinta ilmu untuk mendapatkan banyak data ilmiyah, kitab-kitab yang penulis sebutkan dapat di akses langsung via internet. 

Sebagai manusia yang lemah dengan segala kekurangan tentunya penulis bersedia mendapatkan masukan dari berbagai fihak akan penelitian penulis ini. Wallahu a‟lamu bi haqiqatil hal.

Posting Komentar untuk "LANJUTAN BAGIAN DUA: KEMUNCULAN NAMA ABDULLAH DI AKHIR ABAD 9 H"