Puasa 9 Dzulhijjah Tidak Wajib Mengacu Ke Wukuf di Arafah

Penjelesan puasa tanggal 9 Dzulhijjah tidah wajib mengacu pada wukuf di Arafah (sumber:istimewa)

Ummat Islam pada sepuluh hari ke-1 bulan Dzulhijjah dianjurkan untuk menaikkan amala ibdahnya. Bagian ibadah yang disunahkan pada sepuluh hari ke-1 tersebut ialah puasa pada tanggal 9 Dzulhijjah atau pada hari Arafah.

Puasa pada hari kesembilan bulan Dzulhijjah atau hari Arafah mempunyai fadhilah yang besar. Hadis nabi yang diriwayatkan Imam Muslim mengatakan dengan tegas begitu besarnya pahala yang dijanjikan Allah SWt bagi orang yang berpuasa Arafah.


يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْـمَاضِيَةَ وَالْبَاقِيَةَ



“(Puasa Arafah) menghapus dosa-dosa setahun yang lalu dan yang akan Hadir.” (HR. Muslim)

Puasa hari Arafah seringkali berhubungan dengan wukuf di Arafah. Tetapi, acapkali Ada perbedaan hari antara di Indonesia dan di Arab Saudi. Misalnya, pemerintah Saudi Arabia menetapkan wuquf di Arafah jatuh pada hari Selasa dan lebaran Idul Kurban pada hari Rabu. Akan tetapi pemerintah Indonesia menetapkan hari raya Idul Kurban pada hari Kamis dan puasa Arafah pada hari Rabunya.

Baca: Keutamaan Sepuluh Hari Ke-1 Bulan Dzulhijjah

Menyaksikan fenomena seperti ini, seringkali ummat Islam merasa kebingungan. Mereka terkadang mempersoalkan wajib puaa Arafah pada hari apa. Kemudian bagaimana sikap ummat Islam di Indonesia, Apakah kita tetap berpuasa dengan meyakini ketentuan dari pemerintah kita, ataukah kita wajib ikut penetapan pemerintah Saudi Arabia?

Kebingungan ummat Islam seperti itu sebab berpandangan bahwa puasa Arafah amat berhubungan erat dengan ibadah haji yang  berupa wukuf di padang Arafah. Sehingga, berkesimpulan bahwa puasa Arafah ditunaikan serentak oleh ummat Islam seduian bersamaan dengan wukufnya jemaah haji di Padang Arafah.

Padahal, antara puasa Arafah dan ibadah wukuf di Arafah Adalah 2 ibadah yang sendiri-sendiri. Keduanya ialah kategori ibadah yang tidak ada kaitannya sama sekali. Wukuf di padang Arafah dan puasa Arafah kalau ditelaah lebih detail, keduanya itu disyariatkan secara terpisah dan sendiri-sendiri.

Menurut beberapa riwayat, puasa pada tanggal 9 Dzulhijjah disyariatkan pada tahun ke-2 hijriyah. Artinya, puasa ini sudah disyariatkan jauh sebelum Nabi Muhammad SAW melakukan ibadah haji dan wukuf di padang Arafah.

Baca: Ini Dalil Puasa Sunnah Tarwiyah

Adapun Rasulullah berangkat menunaikan ibadah haji pada tahun kesepuluh hijriyah. Ada rentan delapan tahun lamanya antara disyariatkannya puasa Arafah dan hajinya Nabi Muhammad SAW. Di rentan waktu itu, Rasulullah melakukan puasa sunnah pada tanggal 9 Dzulhijjah, akan tetapi di Arafah tidak tengah wukuf di Arafah.

Hal itu mempertunjukkan bahwa andai puasa sunnah pada tanggal 9 Dzulhijjah mengacu pada ritual wukuf jemaah haji di padang Arafah, maka tentunya Nabi Saw dan para sahabat tidak akan berpuasa di rentan waktu tersebut. Sebab, waktu itu belum ada perintah wajib haji dan wukuf di Arafah.

Dengan seperti ini, asumsi bahwa puasa tanggal 9 Dzulhijjah wajib mengacu pada ritual wukuf di Arafah, sebenarnya tidka berdasar sama sekali. Karena, anggapan itu bertolak belakang dengan pensyariatan kesunahan puasa tanggal 9 Dzulhijjah di masa kenabian. [Warta Sunda/in]


Posting Komentar untuk "Puasa 9 Dzulhijjah Tidak Wajib Mengacu Ke Wukuf di Arafah"