Nasehat Kyai Jamal untuk Ustadz dan Ustadzah TPQ

KH M Djamaluddin Ahmad. (Foto: istimewa)

Oleh Syaifullah Ibnu Nawawi

Warta Sunda - “Sekarang aktifitas sampean apa?” Tanya KH M Djamaluddin Ahmad untuk alumni Pesantren Tambakberas waktu sowan.

“Bisnis kyai, buka konter hape,” ungkap sang santri dengan menunduk.

“Rumiyin kulo mulang TPQ, tapi naliko sampun buka konter, kulo prei mboten mulang dateng TPQ maleh,” lanjutnya.

Kyai Jamal, sapaan keseharian beliau, diam sejenak. Dengan agak berat, pengampu kajian agama Kitab Hikam ini Memperingatkan bahwa mengajar di TPQ ialah khidmat the best dalam hidup.

“Engkau mengajarkan anak TPQ bacaan basmalah dan alfatihah, maka pahala yang akan engkau terima akan terus mengalir,” katanya. Waktu santri TPQ yang engkau didik membaca basmalah waktu hendak makan, belajar dan aktifitas apapun, maka engkau juga akan memperoleh pahalanya, lanjutnya.

Belum lagi waktu santri TPQ itu dapat membaca al-fatihah dari shalat yang dikerjakan. “Berapa pahala yang engkau terima dari mengajarkan surat al-fatihah tersebut?” kata salah seorang Majelis Pengasuh PP Bahrul ‘Ulum Tambakberas Jombang ini.

“Hidup itu jangan cuma memburu gengsi, apalagi Anda semua ialah santri Tambakberas” katanya.

Jadi ustadz dan ustadzah TPQ mungkin dinilai selaku “profesi” yang tidak menjanjikan. Bahkan kalah mentereng dengan guru, apalagi guru besar.

“Nopo sing diulang teng kampus niku? Kan cuman teori?,” katanya Memperingatkan. “Belum tentu apa yang disampaikan para guru besar, juga mereka lakukan dalam keseharian,” tandasnya.

Saya yang kebagian Peluang terakhir untuk menyampaikan hajat, cuma dapat diam, sedih dan bahagia dengan wejangan tersebut.

Dan mohon maaf, apa yang disampaikan beliau, spesial untuk santri yang tengah sowan. Tidak dalam kemampuan Menyenggol kawan dan sahabat yang waktu ini jadi guru atau guru besar. Pangapunten. [Warta Sunda/gg]

Source: FB Syaifullah Ibnu Nawawi

Source link