Gus Dur Diam Seribu Basa

Baca Juga

Gus Dur. (Foto: istimewa)

Oleh KH Husein Muhammad

Warta Sunda - Suatu hari yang murung saya datang dalam sebuah rapat penting selaku salah seorang member "dewan etik" partai. Rapat ini membicarakan planning pencopotan seorang pejabat penting partai politik. Ini gegara dia melaksanakan tindakan yang dinilai indispliner yang dapat menciptakan citra negatif partai. Isu indisipliner telah lama berembus. Awalnya suara embusan itu sayup-sayup dan cuma dalam bisik-bisik Jiran. Tetapi lambat laun bertambah kencang dan bisik-bisik itu telah sampai sekompleks. Untung tidak sampai ke "kampung" sebelah.

Gus Dur selaku pimpinan partai mencium bau menyengat ini. Beliau lalu bergegas mengundang seluruh elit partai dan memimpin rapat itu. Sesudah membuka rapat beliau menyampaikan maksudnya, hendak meminta "yang bersangkutan" mengumumkan mengundurkan diri, atau jika tidak akan memecatnya dengan tidak hormat. Para peserta rapat menguping dengan seksama dengan muka tegang dan dada berdegup-degup. Suara Gus Dur acap meninggi dan nyaris meledak.

Nah, giliran peserta rapat diberikan ruang merespon planning pencopotan itu, saya "ngacung". Lalu saya menyampaikan hadits Nabi :

لان يخطىء الامام فى العفو خير من ان يخطىء فى العقوبة

"Seorang pemimpin salah dalam memaafkan ialah lebih baik daripada salah dalam menghukum".

Bakda bicara itu, beberapa Sahabat rapat mengedip-ngedipkan matanya dengan bibir merekah. Saya menatap Gus Dur, dalam diam seribu basa. Dan mengusulkan diadakannya pemungutan suara secara rahasia. Hasilnya?. "Pencopotan tidak terjadi".

Saya lagi-lagi menyimpan kekaguman untuk beliau. Alfatihah.

Telah lama sekali saya menyimpan saja kenangan ini. Dulu, di rumah di kamarnya Gus Dur bilang : "kang Husein, sampeyan bukan politisi". [Warta Sunda/gg]

Bakda salat Subuh, di Bandara 3 ke Lombok. 04.08.19.

Source: FB Husein Muhammad

Source link